Setelah lulus dari SDN 2 Teladan Rawa Laut, aku mendaftar di SMPN 2 Bandar Lampung. Ketika sampai disana, ternyata banyak sekali yang ingin mendaftar. Sekolah yang tidak terlalu besar itu pun penuh sesak dengan orang tua dan juga anak-anaknya yang ingin mendaftar. Tidak heran, karena sekolah tersebut adalah sekolah favorit di Lampung yang juga merupakan salah satu sekolah SSN. Namun di sisi lain, melihat begitu banyaknya siswa yang mendaftar, nyaliku menjadi ciut. Aku menjadi tidak yakin untuk dapat diterima di sekolah tersebut, karena pasti yang mendaftar adalah anak-anak pintar dan otomatis sainganku pun sangat banyak.. Ditambah lagi, persiapanku untuk menghadapi tes masuk sekolah tersebut tidak begitu matang. Tibalah hari tes. Aku mendapat tempat tes di Smansa, karena SMPN2 tidak cukup untuk menampung seluruh anak yang ingin mendaftar disana, sehingga tes harus dilaksanakan di 3 sekolah. Ketika aku mengerjakan soal, aku hanya bisa berdoa, dan aku mengerjakannya semampuku saja.
Ketika hari pengumuman, aku sangat tegang. Yang aku takutkan jika aku tidak diterima di sekolah tersebut, pasti aku akan dimarahi, itulah yang ada di benakku saai itu. Akhirnya di pagi hari, ayahku membeli koran dan melihat pengumuman PSB SMP di koran tersebut. Ayahku memberitahuku jika aku diterima di SMPN 2 Bandar Lampung. Mendengar kabar itu, perasaanku bercampur aduk. Senang karena diterima di sekolah favorit, sedih karena harus berpisah dengan teman-teman SD ku, serta kaget karena aku tidak percaya dengan persiapanku yang tidak begitu matang untuk menghadapi tes ternyata aku bisa diterima. Aku sangat bersyukur.
Keesokan harinya, aku pergi bersama ibuku untuk mendaftar ulang di sekolah tersebut. Ternyata beberapa teman SD ku juga diterima di sekolah tersebut. Aku senang karena ternyata masih bisa bertemu dengan mereka. Setelah daftar ulang, maka semua siswa yang diterima di sekolah tersebut harus mengikuti kegiatan MOS atau Masa Orientasi Siswa. Ketika kegiatan tersebut berlangsung, aku dikenalkan dengan lingkungan sekolah yang bari. Baru aku sadari ternyata sekolah tersebut kecil sekali, tidak ada lapangan yang luas, jauh berbeda dengan lapangan di sekolahku ketika SD. Namun aku yakin, walaupun sekolah tersebut kecil, tetapi siswa-siswi di sekolah tersebut mempunyai prestasi yang baik, sehingga sekolah tersebut mampu menjadi sekolah favorit tidak hanya di Kota Bandar Lampung namun juga di Provinsi Lampung. Selama kegiatan MOS, ada-ada saja yang harus kami siapkan, mulai mengikat rambut dengan tali rafia, membuat surat cinta untuk kakak kelas, dan lain-lain. Namun aku dan anak-anak yang lain mengikuti kegiatan tersebut dengan senang hati.
Ternyata di sekolah tersebut ada beberapa program kelas, diantaranya program akselerasi dan bilingual. Aku tidak berminat untuk mengikuti program akselerasi, karena aku merasa bahwa aku tidak sanggup untuk mengikuti pelajaran yang sangat padat dan harus belajar di sekolah hingga sore hari. Hal itu tentu akan sangat menguras tenaga dan otakku.
Seluruh siswa yang tidak mengikuti kelas akselerasi harus mengikuti tes untuk menentukan pembagian kelas. Tes ini juga dilaksanakan untuk menjaring siswa-siswi untuk ditempatkan di kelas bilingual. Oleh karena itu, tes dilaksanakan menggunakan soal-soal berbahasa inggris.
Aku merasa tidak yakin diterima di kelas bilingual. Karena aku sadar, kemampuan bahasa inggrisku tidak begitu bagus. Sehingga aku tidak begitu berharap untuk diterima di kelas tersebut. Aku pun tidak melakukan persiapan apapun untuk menghadapi tes. Ketika tiba waktu tes, dan aku melihat soal-soalnya, ternyata semuanya dalam bahasa inggris. Aku kerjakan soal-soal itu semampuku saja.
Tibalah waktu pengumuman. Ternyata namaku tidak disebutkan di semua kelas reguler. Ternyata aku diterima di kelas bilingual. Aku tidak percaya. Dengan kemampuanku yang pas-pasan ini aku diterima di kelas bilingual. Setelah pengumuman, maka aku dan anak-anak yang diterima di kelas bilingual lainnya masuk di kelas baru.
Aku lihat satu per satu anak-anak di kelasku. Sepertinya semuanya adalah anak-anak pintar. Aku menjadi ciut. Aku berfikir apakah aku bisa bertahan di kelas ini dan bersaing dengan mereka. Sempat terlintas di benakku untuk mengundurkan diri. Apalagi setelah mendengar bahwa pelajaran MIPA akan diajarkan dalam bahasa inggris. Aku menjadi semakin ciut. Aku merasa tidak mampu.
Namun aku berfikir, apa salahnya jika dicoba. Kapan lagi aku mendapatkan kesempatan untuk duduk di kelas ini. Siapa tahu dengan aku berada di kelas ini, aku bisa meningkatkan kemampuan bahasa inggrisku.
Setelah beberapa lama berada di kelas tersebut, aku mulai bisa berteman dengan mereka. Ternyata semuanya adalah anak-anak yang baik dan asik. Aku senang sekali bisa bertemu dengan mereka, teman-temanku.
Aku semakin dekat dengan mereka . Tidak lama, di akhir semester pertama kelas 7, salah seorang teman kami harus pindah sekolah ke Yogyakarta . Sedih sekali rasanya, karena rasa kebersamaan di antara kami sudah sangat kuat .
Namun di awal semester kedua, datanglah seorang murid pindahan yang berasal dari Australia . Ternyata anaknya pun baik dan juga bisa bersosialisasi dengan baik.
Ketika aku duduk di kelas 8, datanglah hari bahagia dimana kakaku yang kedua menikah. Aku turut senang, namun aku juga sedih karena kakakku harus ikut suaminya dan tidak tinggal di rumahku lagi. Namun untung saja ia masih tinggal di Bandar Lampung, sehingga kakakku pun masih tetap bisa bertemu denganku dan keluargaku.
Namun, ibuku dalam keadaan sakit. Penyakit diabetesnya mulai berpengaruh ke syarafnya. Sehingga untuk berjalan pun beliau susah. Aku sedih melihatnya. Namun aku pun tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa berdoa agar kondisi beliau segera membaik dan cepat sembuh.
Begitu pula, ketika aku duduk di kelas 9, kakakku yang ketiga menikah. Aku pun ikut senang. Apalagi kakak iparku baik kepadaku. Saat ini, kakak ketigaku dan istrinya masih tinggal di rumahku bersama orang tuaku.
Selama 3 tahun aku dan teman-teman di kelas bilingual. Kami selalu bersama. Suka dan duka dilewati bersama. Dimarahi, dihukum bersama sudah pernah kami rasakan. Ujian praktek sudah dilalui. Tidak terasa ujian nasional semakin dekat. Aku semakin tegang. Aku mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian tersebut dengan mengerjakan soal-soal prediksi serta mengulang pelajaran di kelas 7 dan 8.
Akhirnya, tanggal 5 Mei 2008 tiba. Aku tegang sekali. Hari demi hari ujian nasional dan ujian sekolah dilaksanakan. Aku kerjakan soal-soal itu semampuku.
Tidak sampai di situ saja. Karena aku duduk di kelas bilingual, maka aku juga harus mengikuti ujian berbahasa inggris untuk mendapatkan sertifikat yang dapat menambah poin untuk mendaftar SMA.
Tibalah hari pengumuman kelulusan. Aku semakin tegang. Apalagi sekolahku mempunyai tradisi lulus 100% juga. Aku takut, apakah aku bisa lulus dengan nilai yang memuaskan atau tidak. Ketika diumumkan bahwa semua siswa lulus, aku senang sekali dan sangat bersyukur kepada Allah. Setelah pengumuman, maka seluruh siswa yang beragama Islam bersama-sama ke masjid untuk melaksanakan sujud syukur.
Hari perpisahan .
Hari yang tidak pernah aku tunggu .Aku sedih sekali harus berpisah dengan teman-teman baikku .LABIIL .
Namun, walaupun kami sudah tidak lagi berada dalam satu kelas yang sama, berkumpul bersama, namun persahabatan di antara kami gag akan pernah putus .
LABIIL .WE'LL STILL BE FRIENDS FOREVER !