Home Email Display Clock Web Home Email Display Clock Web Web
04.33 | Author: bana's blog


Setelah lulus dari TK, aku pun ingin melanjutkan pendidikanku ke sekolah dasar atau SD. Namun, kembali lagi aku terkendala masalah umur. Umurku belum cukup untuk mendaftar sebagai siswa sekolah dasar. Namun akhirnya, aku pun bisa bersekolah di SDN 2 Teladan Rawa Laut. Kelasku yang pertama adalah kelas 1C.

Ketika sudah duduk di bangku SD pun, sifat penakut dan cengengku masih belum bisa hilang. Wali kelasku pun terkadang kewalahan pula untuk mengatasiku yang kerap kali menangis karena diganggu oleh temanku. Ketika SD, prestasiku lumayan bagus. Aku tidak pernah keluar dari peringkat 3 besar hingga kelas 3. Aku selalu bersaing dengan teman-temanku untuk menjadi yang terbaik di kelas. Namun aku mempunyai seorang teman. Ia selalu memanfatkanku dan terkadang aku disuruh mengerjakan PR nya namun aku tidak mau. Ia juga selalu mencontek jawabanku jika ada ulangan. Aku sangat sebal dengannya dan aku pun mengadukannya kepada kakakku. Lalu kakakku pun datang ke sekolah dan memarahinya. Akhirnya ia pun meminta maaf kepadaku.

Ketika masih SD, masalah di keluargaku sudah mulai bermunculan. Aku saat itu tentu saja tidak mengetahu apa yang sebenarnya terjadi. Dulu, kakakku yang pertama sempat terpengaruh oleh perlakuan teman-temannya yang tidak baik. Mulai dari membolos, mengambil uang ibuku tanpa izin, merokok, hingga memakai barang terlarang. Ketika kakakku memasuku bangku kuliah, kelakuannya tambah parah saja, bahkan dulu dia sempat OD. Ibuku hanya menangis melihat kelakuannya yang seperti itu. Aku yang saat itu masih kecil pun tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa menangis dan berdoa. Aku tidak mengerti apa yang terjadi.

Akhirnya kakakku pun menyadari kesalahannya. Dia meminta maaf kepada ayah dan ibuku, mencium kakinya sambil menangis. Dan ia berjanji untuk tidak akan mengulanginya lagi.

Setiap liburan panjang, aku biasanya pergi berlibur ke rumah kakek dan nenekku di Palembang. Aku termasuk anak yang kuat fisiknya. Walau aku masih kecil, namun dalam perjalanan jauh, aku tidak pernah mabuk. Berbeda dengan kakakku yang pasti selalu mabuk dalam perjalanan jauh.

Rumah kakek cukup besar, dan halamannya luas. Aku senang berlibur disana.

Namun, ketika aku kelas 3 SD, aku dan keluargaku baru saja menaiki kereta untuk kembali pulang ke Lampung. Ketika masih di perjalanan, saudara ibuku di Palembang menelepon kami, dan mengatakan bahwa kami harus segera kembali kesana. Aku bingung apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya kami pun turun di stasiun terdekat, lalu kami dijemput dengan mobil.

Ketika sampai di rumah kakek, aku melihat semua orang disitu tampak sedih, bahkan menangis. Aku bingung. Ternyata, tidak lama, aku melihat sosok kakekku sudah terbaring tak bernyawa. Kakekku sudah meninggal dunia. Aku tidak percaya. Padahal beliau baik-baik saja. Meskipun beliau mengidap penyakit stroke, namun tubuhnya masih terlihat segar bugar.

Kakek yang menyayangi cucu-cucunya, yang baik kepada kami. Sosok itu ternyata telah pergi. Aku sedih sekali. Aku hanya bisa menangis. Begitu juga dengan ibuku, bahkan beliau sampain pingsan, tak kuasa menahan rasa sedihnya.

Keesokan harinya, setelah menyolatkan jasad kakekku, maka kami sekeluarga pergi ke Lahat untuk memakamkan kakekku di kampung halamannya tersebut. Aku hanya bisa berdoa agar Allah mengampuni semua dosanya dan agar semua amal ibadahnya diterima di sisi Allah. Amin.

Saat aku duduk di kelas 3 SD, kakakku yang pertama dan kedua sudah memasuki bangku kuliah. Keduanya melanjutkan pendidikannya di luar kota. Kakakku yang pertama kuliah di Universitas Islam Bandung (Unisba), sedangkan kakakku yang kedua, pada awalnya ia kuliah di Universitas Padjajaran (Unpad) jurusan kedokteran. Namun, karena tuntutan ayahku yang menginginkan kakakku kuliah di STPDN, maka kakakku pun pindah kesana. Oleh karena itu, hanya tinggal aku dan kakakku yang ketiga saja yang masih tinggal di rumah.

Ketika kenaikan kelas dari kelas 3 ke kelas 4, diadakan seleksi untuk masuk ke kelas unggulan. Tes itu hanya boleh diikuti oleh siswa kelas 3 yang sebelumnya mendapat peringkat 1 sampai 10. Aku mengikuti seleksi tersebut, dan ternyata aku masuk ke kelas unggulan tersebut. Aku senang sekali, dan akhirnya ayahku membelikanku sebuah meja belajar sebagai hadiah.

Namun, prestasiku di kelas unggulan tidak begitu baik. Aku tidak selalu mendapatkan peringkat, karena sainganku di kelas unggulan cukup berat. Semuanya adalah anak-anak pintar sehingga aku kesulitan untuk menyaingi mereka. Namun akhirnya, aku pun tetap bertahan di kelas tersebut sampai kelas 6 SD.

Wali kelas ketika kelas 6 SD sangat baik. Beliau menerangkan pelajaran dengan jelas dan selalu memotivasi muridnya untuk menghadapi ujian nasional. SD ku merupakan salah satu sekolah unggulan yang juga SSN atau sekolah standar nasional. Seluruh siswanya lulus Ujian Nasional atau lulus 100%. Oleh karena itu, guruku mengajar dan memotivasi aku dan teman-temanku agar bisa lulus ujian untuk mempertahankan tradisi lulus 100% dengan nilai yang memuaskan. Aku mulai giat belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian tersebut.

Tibalah hari dimana dilaksanakannya Ujian Nasional untuk SD. Aku sudah siap untuk menghadapinya. Dan aku yakin aku pasti lulus. Harapanku pun tercapai. Semua siswa di SD ku termasuk aku, semuanya lulus ujian. Aku sangat bersyukur. Ditambah lagi nilai ujianku cukup bagus. Di mata pelajaran Matematika, aku mendapat nilai 10. Modal yang cukup bagus untuk mendaftar di SMP favorit di Bandar Lampung.

Category: |
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: